Kurangi Budaya Barat, Kampus China Hapus Tes Inggris untuk Kelulusan
LIGAPEDIA.news – Salah satu kampus ternama di Provinsi Shaanxi, China, Universitas Xian Jiatong, menghapus persyaratan tes Bahasa Inggris sebagai syarat kelulusan. Kebijakan ini telah berjalan sejak awal September lalu.
Dengan aturan baru ini, mahasiswa kampus di barat laut China itu tidak lagi diwajibkan untuk mengambil College English Test (CET) untuk bisa masuk atau lulus dari universitas.
Dilansir dari The South China Morning Post (SCMP), CET merupakan ujian tahunan bagi mahasiswa untuk sarjana dan pascasarjana yang terdiri dari dua tingkat, yakni band 4 untuk bisa masuk universitas dan band 6 untuk bisa lulus.
Penghapusan ujian bahasa Inggris ini menjadi perdebatan di media sosial. Kaum nasionalis mendukung aturan ini dan berharap aturan serupa segera diberlakukan universitas Negeri Tirai Bambu lainnya.
“Sangat bagus. Saya harap universitas lainnya akan mengikuti aturan ini. Sangat aneh jika tingkat pendidikan warga China ditentukan oleh ujian bahasa asing,” ucap seorang netizen China di platform media sosial China serupa Twitter, Weibo.
China pertama kali menerapkan ujian bahasa Inggris sebagai salah satu syarat kelulusan pada 1987. Saat itu, pemerintah China menilai penggunaan bahasa Inggris penting untuk bahasa akademis dan ilmiah di tengah era globalisasi.
Penerapan ujian bahasa Inggris ini juga dinilai sebagai salah satu upaya China, yang saat itu masih menjadi negara miskin, untuk mengejar ketertinggalan dari negara-negara maju.
Namun, penggunaan sertifikasi bahasa Inggris semakin tidak lagi dianggap penting oleh berbagai universitas di China dalam beberapa tahun terakhir. Beberapa universitas bahkan sudah mulai mengganti ujian Bahasa Inggris dengan ujian nasional mereka sendiri.
“Seharusnya giliran orang asing yang belajar bahasa Mandarin,” kata seorang influencer China dengan 6 juta pengikut di Weibo.
Sementara itu, tak sedikit pula warganet China yang merasa bahasa Inggris tetap perlu menjadi salah satu syarat kelulusan.
“Kita harus memiliki kecintaan akan budaya, tapi itu tidak sama dengan arogansi terhadap budaya sendiri, berpikiran pendek, atau berpikiran tertutup,” kata seorang netizen yang mengkritik kebijakan ini di Weibo.
“Kita membutuhkan bahasa Inggris untuk memahami dunia. Ini fakta dan tidak bisa ditutup-tutupi dengan panji nasionalisme,” sahut netizen lain yang ikut menolak penghapusan ujian bahasa Inggris ini.
Seorang peneliti doktoral linguistik di Universitas Hongkong, Yu Xiaoyu, mengatakan penghapusan ujian ini akan menurunkan minat pemuda China untuk belajar bahasa Inggris, tetapi tidak mengurangi manfaat bahasa Inggris dalam dunia kerja, dikutip dari Bangkok Post.
Kepemimpinan Presiden Xi Jinping memang membuat China lebih nasionalis dan tertutup akan pengaruh budaya “Barat”. Di beberapa sekolah bahkan diterapkan larangan menggunakan buku teks bahasa Inggris, buku dari negara-negara Barat, dan membahas nilai-nilai Barat, seperti demokrasi, kebebasan pers, dan independensi peradilan.
Pada 2021, pihak berwenang kota metropolitan Shanghai juga telah lebih dulu melarang ujian akhir Bahasa Inggris di sekolah dasar dengan alasan meringankan beban siswa.
Sumber : cnnindonesia.com